Gajah vs Manusia di Lampung: Sabuk Hijau Jadi Senjata Ampuh?

Kawanan Gajah di hutan tropis. (freepik.com/kjpargeter

Cerita Sukses - Konflik antara gajah dan manusia di perbatasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung, masih menjadi masalah serius. Gajah-gajah liar kerap merusak tanaman perkebunan masyarakat, memaksa warga untuk mencari solusi. Kali ini, warga menginisiasi pembuatan sabuk hijau sebagai cara baru untuk melindungi kebun mereka.

Menanam Penghalau Gajah

Menurut Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah 9 Kota Agung Utara, Zulhaidir, sabuk hijau dibentuk dengan menanam tanaman yang tidak disukai gajah di perbatasan TNBBS dan hutan lindung, tepatnya di Register 31, Kabupaten Tanggamus.

Tanaman yang dipilih seperti lemon, salak-salakan, dan serai wangi diharapkan bisa menghalau gajah liar dari kebun warga. “Penanaman akan dimulai pekan depan di area perbatasan sepanjang 3 kilometer,” ujar Zulhaidir dari Bandar Lampung, Jumat (1/2/2019).

Sabuk Hijau di Tengah Persoalan Anggaran

Zulhaidir menjelaskan bahwa penanaman ini muncul dari hasil diskusi antara masyarakat dan pemerhati satwa liar. Namun, tantangan terbesar adalah ketiadaan anggaran pemerintah untuk mendukung penanaman. Karenanya, masyarakat sedang mengumpulkan bibit tanaman dari para donatur.

Patroli yang dilakukan secara bergantian oleh warga selama ini dinilai kurang efektif, sehingga diperlukan solusi yang lebih berkelanjutan.

Strategi Ganda: "Rumput Gajah untuk Menarik Gajah"

Di sisi lain, area lahan TNBBS akan ditanami rumput gajah yang menjadi favorit para gajah liar. Strategi ini bertujuan untuk menarik gajah kembali ke habitat aslinya di taman nasional dan menjauh dari kebun warga.

Penggiringan Gajah: "Perjalanan Panjang dan Tantangan Berkelanjutan"

Meski begitu, penggiringan gajah liar ke dalam taman nasional tetap dilakukan oleh tim dari Elephant Response Unit bersama WWF Indonesia Regional Sumatera Bagian Selatan. Penggiringan ini adalah bagian dari upaya untuk meminimalisir konflik antara manusia dan gajah. Selama setahun terakhir, meski upaya penggiringan terus dilakukan, gajah tetap masuk ke permukiman warga di Tanggamus dan Lampung Barat.

Konflik Berkepanjangan: "Gajah dan Manusia Masih Berebut Ruang"

Menurut data Balai Konservasi Sumber Daya Alam Lampung-Bengkulu, 62 insiden konflik gajah-manusia terjadi di Tanggamus dalam periode 2017-2018. Selain itu, banyaknya warga yang membuka hutan secara ilegal meningkatkan potensi konflik. Yob Charles dari WWF Indonesia Regional Sumatera Bagian Selatan menyatakan bahwa gajah liar kini semakin bergantung pada pisang, jagung, dan nangka akibat perubahan habitat mereka.

“Gajah jadi lebih suka dengan makanan baru seperti pisang, jagung, dan beras,” kata Yob.

Sabuk Hijau, Harapan Baru untuk Kedamaian

Dengan pengembangan sabuk hijau dan strategi tanam tanaman penghalau gajah, diharapkan konflik antara gajah dan manusia dapat diminimalisir. Langkah ini menjadi harapan baru bagi masyarakat Lampung untuk hidup berdampingan secara damai dengan satwa liar di sekitarnya. Apakah sabuk hijau akan menjadi senjata ampuh melawan gangguan gajah liar? Hanya waktu yang bisa menjawab.(kompas.id)

0 Comments

Posting Komentar