BUMDESMA Pulo Breuh Mengoptimalkan Potensi Desa dalam Pengelolaan Konservasi Alam dan Pembangunan Berkelanjutan


BUM DESA Bersama Pulo Breuh Maju Beusaree juga mengelola Taman Konservasi dan Ecowisata Pasie Weung.
Terletak di ujung pulau Sumatera, Pulau Breuh di Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar sangat potensial dikembangkan dari berbagai sisi. Salah satunya potensi pariwisata bahari dan konservasi berbasis adat.

Pulau Breuh merupakan pulau yang memiliki 12 desa, yang di Aceh disebut Gampong yang terdiri dari Gampong Alue Raya, Rinon, Meulingge, Lapeng, Gugop, Seurapoeng, Teunom, Ulee Paya, Blangsitungkoh, Paloh, Lampuyang dan Gampong Lhoh.

Melihat potensi pengembangan yang sangat besar, para pimpinan 12 desa utamanya para pemuda kemudian bersepakat membentuk sebuah wadah bersama. Setelah beberapa kali melakukan pertemuan dan menggelar Musyawarah Antar Desa (MAD), pada 1 Juni 2022 disepakati bersama dan terbentuklah Badan Usaha Milik Desa Bersama Pulo Breuh yang diberi nama “Maju Beusaree”. Sebagai bentuk komitmen kerja bersama, setiap desa kemudian memberikan penyertaan modal sebanyak Rp.10.000.000 per desa untuk tahun 2022. Secara bersama para pimpinan masing-masing desa menyatakan komitmen untuk menambah modal pada tahun 2023.



Dasar pembentukan dari Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUMDESMA) Maju Beusaree ini adalah Undang-undang Desa Nomor 04 Tahun 2016. Di mana salah satu tujuannya, sebagaimana yang tertuang pada Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Badan Usaha Milik Desa, adalah melakukan kegiatan usaha ekonomi melalui pengelolaan usaha, serta pengembangan investasi dan produktivitas perekonomian dan potensi desa. Potensi Desa yang dapat dikembangkan oleh BUMDESMA ini antara lain potensi wisata bahari dan konservasi berbasis adat.

Rencana pengembangan wisata Pulau Breuh dan Pulo Aceh secara keseluruhan yang akan dilakukan bersama seluruh pemerintahan desa yang tergabung dalam BUMDESMA ini berfokus pada wisata bahari dan konservasi berbasis adat. Salah satu pusat konservasi di Pulo Aceh ini terletak di Pasie Weung, Pulau Breuh Utara. Lokasi ini berada di kawasan hutan lindung yang merupakan satu-satunya tempat pendaratan penyu terbesar di Aceh Besar, termasuk penyu hijau.

Dalam pengembangannya seluruh masyarakat akan terlibat. Di mana seluruh masyarakat menyatakan komitmen terlibat aktif dalam pengembangan pengelolaan konservasi dan eco wisata berbasis adat dengan kegiatan yang di antaranya adalah konservasi hutan pantai.

Selain itu, ada pula tempat wisata-wisata sejarah dan bahari yang juga sangat potensial dikembangkan. Di Pulau Breuh Utara atau tepatnya di Desa Meulingge, ada sebuah situs sejarah, Mercusuar Willem Torren. Mercusuar ini dibangun Kolonial Belanda di Nusantara pada tahun 1875. Bangunan bergaya eropa ini, didirikan diatas cadas yang curam, menjorok langsung ke laut.

Mercusuar ini dibangun sebagai persiapan pembangunan pelabuhan Sabang, yang menjadi lintas selat malaka. Saat itu, Pelabuhan di Sabang menjadi tempat persinggahan kapal-kapal koloni. Dan hingga kini mercusuar tersebut masih kokoh berdiri dan difungsikan sebagai penunjuk arah bagi kapal-kapal yang melintas di perairan internasional.

Mercusuar Wiliam Torrent Aceh

Saat ini, BUM DESA Bersama Pulo Breuh Maju Beusaree juga mengelola Taman Konservasi dan Ecowisata Pasie Weung. Di tempat inilah pemuda Pulo Aceh dan para wisatawan belajar konservasi dan pola pengembangan kawasan.

Beberapa aset yang juga dikelola secara mandiri dan bisa dimanfaatkan oleh para wisatawan antara lain adalah rumah pohon, balai/aula pertemuan, home stay dan area camping ground beserta alat kelengkapan camping seperti tenda.

Bagi masyarakat yang tergabung dalam BUMDESMA Maju Beusaree ini, sebuah aksi bersama pemberdayaan kelompok seni budaya Aceh dilakukan. Secara rutin masyarakat juga melakukan aksi pengelolaan pantai dan reboisasi, aksi penyelamatan terumbu karang, dan aksi penyelamatan hutan lindung dan pemberdayaan kelompok tani hutan.

Kegiatan-kegiatan ini pun diikuti juga oleh para wisatawan yang berkunjung saat kegiatan. Gerakan bersama memajukan desa melalui BUMDESMA Maju Beusaree ini, selaras dengan tujuan dan harapan pemerintah, di mana Badan Usaha Milik Desa adalah tonggak awal kemajuan ekonomi desa.


Maju Beusaree bermakna Maju Bersama. Artinya dengan gerak langkah bersama semua bermula dengan tujuan untuk kemajuan dan kemandirian desa serta kemakmuran masyarakat. Logo atau lambang dari Badan Usaha Milik Gampong atau Desa Bersama (BUMDESMA) Maju Beusaree adalah alunan ombak dengan empat warna berbeda. Ada merah yang menandai ketangguhan, kekompakan dan keberanian, kuning yang melambangkan kesejahteraan, hijau sebagai perlambang konservasi serta biru sebagai lambang bahari. Keempat warna yang masing-masingnya punya pemaknaan berbeda namun dengan tujuan yang sama; memakmurkan masyarakat desa. Secara filosofi, makna keseluruhan dari logo itu adalah tangguh. Artinya kami tengah membangun dan membentuk ekosistem yang tangguh.

0 Comments

Posting Komentar