![]() |
Menatap Senja Fana |
Di tepian hutan yang sunyi, tersembunyi sebuah desa kecil bernama Desa Mawar Sari. Di sana, di antara pepohonan rimbun dan sawah-sawah hijau, hiduplah seorang ibu bernama Rina. Suaminya telah meninggal dunia akibat penyakit yang tak kunjung sembuh. Rina ditinggalkan dengan dua anak perempuan yang menjadi satu-satunya cahaya dalam hidupnya.
Rumah Rina terbuat dari kayu dan bambu. Dindingnya retak-retak, dan atapnya bocor ketika hujan turun. Namun, di balik kekurangan itu, Rina berusaha menjaga kehangatan dan kebahagiaan di antara anak-anaknya.
Setiap pagi, sebelum matahari terbit, Rina sudah berada di sawah miliknya. Ia menggarap tanah dengan telaten, menanam padi, dan memastikan hasil panen mencukupi untuk makanan sehari-hari. Anak-anaknya, Aisyah dan Zahra, membantu ibunya dengan semangat. Mereka mengerti bahwa sawah adalah sumber mata pencaharian keluarga mereka.
Namun, di balik hutan, ada bayang-bayang yang mengintai. Perusahaan sawit bernama "Sawit Makmur" memiliki ambisi besar: merambah lebih banyak lahan untuk perkebunan sawit. Direktur perusahaan, Budi Santoso, melihat potensi di Desa Mawar Sari. Sawah-sawah masyarakat adalah targetnya.
Budi mengajukan proposal kepada kepala desa, Pak Slamet. "Kami ingin mengakuisisi lahan-lahan ini untuk perkebunan sawit," ucap Budi dengan tegas. "Kami akan memberikan kompensasi yang menggiurkan kepada pemilik lahan."
Pak Slamet terdiam. Ia tahu bahwa keputusannya akan mempengaruhi seluruh desa. Rina hadir dalam pertemuan itu. Ia menatap sawahnya dengan penuh cinta. Sawah itu adalah tempat di mana suaminya dulu bekerja keras, dan tempat di mana anak-anaknya bermain setelah pulang sekolah.
Rina menolak tawaran Budi. "Sawah ini bukan hanya tanah," ucapnya dengan mata berkaca-kaca. "Ini adalah sejarah kami, masa depan anak-anak kami. Kami tidak akan menjualnya."
Budi merasa terguncang. Ia juga punya anak-anak yang ingin dia berikan masa depan yang lebih baik. Namun, ambisinya mengaburkan pandangannya. Ia menawarkan kompensasi finansial yang menggiurkan kepada Rina, namun Rina tetap teguh pada pendiriannya.
Pak Slamet menggelar pertemuan di balai desa. Masyarakat memilih untuk mempertahankan lahan mereka. Sawit Makmur harus mencari alternatif lain untuk ekspansi. Rina tetap menggarap sawahnya dengan penuh semangat.
Di antara pepohonan dan sawah-sawah hijau, bayang-bayang sawit mungkin masih mengintai. Namun, Rina dan anak-anaknya telah menunjukkan bahwa ada nilai yang lebih berharga daripada uang: cinta pada tanah tempat mereka berpijak dan keberanian untuk mempertahankannya.
Setelah keputusan masyarakat untuk mempertahankan lahan mereka, perusahaan Sawit Makmur mengalami kekecewaan dan ketidakpuasan. Budi Santoso, sang direktur, merasa frustrasi karena ambisinya untuk merambah lahan semakin sulit terwujud.
SKENARIO PERAMBAHAN LAHAN
Namun, perusahaan tidak menyerah begitu saja. Mereka mencari alternatif lain untuk ekspansi. Beberapa tindakan yang diambil oleh Sawit Makmur setelah keputusan masyarakat adalah:
1. Lobi dan Pengaruh
Perusahaan berusaha mempengaruhi pemerintah dan lembaga terkait agar memperlonggar regulasi dan memperluas lahan yang dapat digunakan untuk perkebunan sawit. Budi Santoso melakukan pertemuan dengan pejabat pemerintah dan mengajukan argumen tentang manfaat ekonomi yang akan dihasilkan dari ekspansi perkebunan sawit.
2. Pencarian Lahan Alternatif
Sawit Makmur mulai mencari lahan di wilayah lain yang belum dimanfaatkan. Mereka mengirim tim survei untuk mengevaluasi potensi lahan baru. Namun, mencari lahan yang sesuai dengan kriteria perusahaan bukanlah tugas yang mudah.
3. Diversifikasi Produk
Perusahaan mempertimbangkan diversifikasi produk untuk merayu sebagian masyarakat dan sebagai lobi ke pemerintah.
4. Kampanye PR
Sawit Makmur meluncurkan kampanye PR yang menyoroti kontribusi positif perusahaan terhadap ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat. Mereka berusaha memperbaiki citra perusahaan dan memperoleh dukungan dari masyarakat.
Namun, meskipun perusahaan berusaha keras, bayang-bayang sawah masyarakat tetap menghantui mereka. Rina dan anak-anaknya tetap teguh mempertahankan tanah mereka. Keputusan masyarakat telah memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menghormati hak-hak masyarakat dan menjaga lingkungan. []
0 Comments
Posting Komentar